Tanpa Malu dan Minder, Aulia Kerjakan UN Sambil Gendong Bayinya

Aulia Mesiya Setiawati, mengerjakan soal Ujian Nasional sambil menggendong bayinya, Fairuz Dirgantara, yang baru lahir 7 hari lalu. Meski sambil menggendong, Aulia masih semangat mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Khusus?, di SDN Pelandakan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Senin-Kamis, 13-16 April 2015. 

 CIREBON - Sorot matanya terus menatap lembaran kertas di depannya yang berisi sekumpulan soal. Tangan kanannya yang berada di atas lembar jawaban sibuk membulatkan satu per satu kolom isian. Namun, sesekali siswi ini menolehkan perhatiannya ke arah makhluk mungil yang sedang digendongnya.
Ia tatap baik-baik dan sesekali melemparkan senyum agar sang bayi yang masih kemerahan dan baru lahir itu tidak terganggu saat ibundanya mengerjakan soal-soal ujian.
Itulah yang dilakukan Aulia Meisya Setiawati, salah satu siswi Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sultan Agung, Desa Pelandakan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/4/2015). Di antara 80 siswa-siswi kejar paket C, Aulia adalah satu-satunya siswi yang mengerjakan ujian sambil menggendong anaknya.
Meski lelah dan beberapa kali merasakan kram di bagian tangan kirinya, Aulia terus bertahan dan tetap semangat mengerjakan semua soal ujian. Ia tak menyerah, apalagi merasa malu dan minder dengan teman-temannya.
Di sela waktu istirahat, Aulia mengaku kondisi ini terpaksa dilakukan agar sang buah hati, Fairuz Dirgantara, tetap bersamanya. Dokter melarang Aulia memberikan susu formula, selain aii susu ibu (ASI), lantaran Fairuz baru lahir delapan hari lalu, 6 April 2015.
"Mau bagaimana lagi Mas, saya gak boleh jauh dari Fairuz. Kalau Fairuz nangis, siapa yang menenangkan. Dia hanya boleh minum ASI saya, gak boleh selain itu," katanya.
Aulia juga mengungkapkan, ia memaksakan diri ikut ujian dengan menggendong Fairuz lantaran tidak ada ujian susulan. Sementara itu, ia benar-benar ingin ujian dan dapat lulus dengan baik. Ijazah tersebut akan dia gunakan untuk mendaftarkan perguruan tinggi
"Saya gak malu, apalagi minder. Saya gak mau tertinggal sama adik saya. Orangtua masih benar-benar mendukung. Habis ini saya mau kuliah," katanya dengan penuh semangat. Meski sempat memilih untuk keluar sekolah sebelumnya, semangat menuntut ilmu Aulia masih benar-benar tinggi.
Agung Apriyanto, Kepala PKBM Sultan Agung, mengakui, sebelum ujian nasional, Aulia serta orangtuanya meminta untuk tetap diizinkan mengikuti ujian. Mereka ingin Aulia dapat lulus dengan baik dan dapat melanjutkan jenjang pendidikannya.
"Awalnya tidak tega, Aulia masih terlihat lemah dan kerepotan. Namun, mereka sangat semangat dan kami pun pihak penyelenggara justru mendukung agar cita-cita terwujud," katanya di tengah meninjau ujian.
Saat masa pembelajaran pun, kata Agung, Aulia termasuk siswi yang rajin. Ia berusaha selalu datang dan UTS beberapa bulan lalu pun ikut. Aulia terpaksa harus mengikuti UNPK sekarang. Pasalnya, tidak ada jadwal ujian susulan.
Tentang Kelompok Belajar
 Dikutip dari Wikipedia, Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan nonformal yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti Cambridge, dan IB (International Baccalureate).
Peserta kejar umumnya menggunakan seragam baju putih dan celana panjang hitam.
Kejar terdiri atas tiga paket: Paket A, Paket B dan Paket C. Setiap peserta Kejar dapat mengikuti Ujian Kesetaraan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Peserta kejar Paket A dapat mengikuti Ujian Kesetaraan SD, peserta Kejar Paket B dapat mengikuti Ujian Kesetaraan tingkat SLTP dan peserta Kejar Paket C dapat mengikuti Ujian Kesetaraan SMU/SMK/MA. Ujian kesetaraan diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juli dan Oktober.
Setiap peserta yang lulus berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formalnya. Kegiatan belajar fleksibel, maksudnya tidak penuh belajar 1 minggu penuh hanya dengan pertemuan 3 kali dalam seminggu.
Kegiatan Belajar dibagi 2 kelompok usia yaitu Usia Dewasa artinya di luar usia belajar Formal, tetapi dapat melanjutkan di Pendidikan PNFI yang diselenggarakan oleh Kelompok Belajar Masyarakat dalam bentuk PKBM, Yayasan, LSM dan Lembaga Sejenisnya.
Untuk Usia Dewasa mengikuti jenjang belajar selama 4 Semester (2 tahun , sedangkan yang masih Usia Belajar mengikuti Kegiatan Belajar selama 6 Semester (3 tahun).
Warga Belajar yang LULUS dari Paket B untuk melanjutkan ke Paket C dengan rata-rata Nilai 7,0 dapat mengikuti KBM 4 semester tetapi masuk pada katagori Usia Dewasa, Tetapi yang masih Usia Belajar tetap mengikuti 6 semester.
Persyaratan Ujian harus sesuai dengan Dokumen Awal Peserta (IJAZAH) Pendidikan Terakhir, apabila Dokumen hilang harus dilengkapi Surat Keterangan Dari Kepolisian dan dari Sekolah yang Bersangkutan. Dengan Demikian dalam Ujian Kesetaraan SD, SMP, SMA (Paket A, B, dan C) proses Belajar mengikuti Peraturan yang Berlaku dengan BSNP
Kejar Paket C sempat menjadi populer karena para peserta Ujian Nasional (UN) tingkat SMA dan MA yang tidak lulus dapat mencoba lagi dengan menggunakan jalur ini.( KOMPAS.com/Mohamad Syahri Romdhon)

SUMBER: TRIBUNLAMPUNG.CO.ID
Bagikan berita :

Posting Komentar

 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Gading - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI