Cari Jodoh Lewat Online, Orang Asia Cenderung Malu-malu



Dok. Thinkstock
Jakarta - Aplikasi mobile sosial seperti Tinder, BeeTalk dan yang terbaru, Paktor, memungkinkan seseorang lebih mudah dalam mencari jodoh maupun kencan online. Tak sekadar mencari kekasih, aplikasi-aplikasi tersebut juga membantu menambah kenalan baru atau yang ingin sekadar perlu teman untuk chatting.

Kecenderungan perkenalan lewat dunia maya ini ternyata memiliki perbedaan antara para pengguna di budaya Timur dan Barat. Jika orang Barat seperti Eropa dan Amerika Serikat rata-rata lebih terbuka dalam berkenalan dengan orang baru, maka berbeda dengan pengguna aplikasi cari jodoh di kawasan Asia.

Menurut CE0 dan Co-founder Paktor Joseph Phua, orang Asia, khususnya di Asia Tenggara cenderung tidak bisa terlalu santai dan lepas, atau malu-malu dalam berkenalan dengan sembarang orang. Lain halnya dengan orang Barat yang bisa lebih mudah chatting, kopi darat dan lalu kencan hanya dari melihat foto atau profil secara singkat.

"Di Asia Tenggara, mereka tidak hanya memedulikan foto wajah tapi lebih kepada pengguna secara pribadi. Apa yang dia lakukan, apa yang dia sukai. Mereka lebih detail soal itu ketimbang orang Barat," jelas Joseph, saat berbincang dengan Wolipop di Da Vinci Tower, Jl. Jendral Sudirman, Rabu (8/3/2015).

Dari hasil pengamatannya selama mengembangkan aplikasi mobile sosial Paktor, pria asal Singapura ini melihat bahwa pekerjaan dan kestabilan finansial cukup berpengaruh bagi orang Asia dalam menentukan ketertarikannya terhadap lawan jenis. Ia memberi contoh, beberapa pengguna ada yang hanya ingin berkenalan dengan orang dari lembaga pendidikan atau pekerjaan tertentu.

"Misalnya saja saya dari UPH (Universitas Pelita Harapan), saya mau menemukan teman yang dari Prasetia Mulya. Semacam itu. Tapi kalau di Amerika atau Eropa, mungkin hal-hal itu tidak terlalu penting," tutur Joseph, yang menciptakan aplikasi Paktor pada Juli 2013.

Berdasarkan pengamatan Joseph dan timnya terhadap sekitar 4 juta pengguna Paktor, ia menemukan bahwa peminat aplikasi ini 65 persennya adalah kalangan muda dengan rentang usia 18-25 tahun. Meskipun tidak memiliki statistik atau data yang spesifik, Joseph melihat kecenderungan pengguna aplikasi mobile sosial dan cari jodoh di Asia Tenggara mementingkan keuangan, pekerjaan dan tingkat pendidikan saat memilih pengguna lain yang dirasa 'match'.

"Saya tahu bahwa orang suka mencari seseorang dengan latar belakang finansial. Titel insinyur cukup banyak. Sementara tingkat pendidikan minimal sarjana ke atas, secara umum," tutur Joseph.(Hestianingsih)
(hst/hst)


Bagikan berita :

Posting Komentar

 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Gading - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI