Puasa dan Pola Hidup Sederhana

  

Alhamdulillah sudah melewati hari keempat Romadhon 1433H ini. Seperti keluarga muslim lainnya, aku dan istri juga berpuasa, kecuali Kadya, putri kami yang masih 20 bulan. Ya tega amat boss anak segitu disuruh puasa *LOL*.

Sebelum memasuki bulan Romadhon, istri sempat bilang perlu budget tambahan untuk beli sirup dan makanan2 untuk ta’jil. Alhamdulillah istri bisa aku ingatkan bahwa esensi puasa adalah kesederhanaan. Bukan pelit lho ya. Tapi memang masyarakat Indonesia ini sifatnya konsumtif banget. Lihat aja di tv, bulan Romadhon masih kurang satu bulan aja iklan sirup sudah gencar muncul di tv.

Kenapa sirup dan makanan2 yg manis2 gencar sekali muncul di saat Romadhon? Sedangkan Rasulullah sendiri tidak pernah mengajarkan untuk berbuka dengan yang manis. Perhatikan hadits berikut ini:

“Rasullulah saw berbuka dengan ruthtab (kurma basah) sebelum ia sholat. Apabila tidak ada, maka Beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), jika tidak ada pula Beliau minum dengan satu tegukan air” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Khuzimah, dan At Tarmidzi)

Kurma memang manis, tapi oleh pihak produsen The Botol Sosro, hal ini dimanfaatkan sebagai tag line mereka  “Berbukalah dengan yang manis.” Produsen sirup Mardjan pun tak mau kalah, karena mereka merasa sirup lebih manis dibandingkan dengan teh, maka mereka pun seringkali mencuri start dengan gencar menayangkan iklan produknya bahkan 1,5 bulan sebelum bulan Romadhon dimulai.

Bisa ditebak, produsen makanan dan minuman lainnya yg manis2 pun tertular dampaknya. Produk mereka sangat laris diburu di bulan Romadhon. Seolah-olah kita yang berpuasa ini kurang kuat puasanya jika tidak berbuka atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis.

Tak heran tiap kali Romadhon dan lebaran selalu harga kebutuhan pokok pada naik. Ini karena kebiasaan orang yang mengharuskan untuk menyajikan makanan yang mewah dan lebih istimewa saat berbuka puasa dibandingkan dengan hari-hari biasa.


Sekali lagi jangan lupa, bahwa puasa adalah menahan diri. Tidak hanya menahan lapar dan haus, tp juga menahan segala hal yg kurang baik. Menahan diri untuk bermewah, menahan diri untuk meggunjingkan orang lain, dan lain2. Maka dari itu biasakan pola hidup sederhana sebagaimana yang diajarkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW. Puasa bukan berarti harus berbuka dengan yang mewah. Setuju ya! (***)
Bagikan berita :

Posting Komentar

 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Gading - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI