March
10th, 2015Pustakers12 Comments
Organisasi
Budi Utomo – Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka sekolah
akan share mengenai budi Utomo. Pada abad ke-20 tampil beberapa dokter sebagai
penggerak bangsa di kawasan Asia seperti Dr. sun Yat Sen di China, Dr. Jose
Rizal di Filipina , serta di Indonesia tampil dokter-dokter seperti Dr.
Wahidin sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. Gunawan
Mangunkusumo.Organisasi Budi Utomo
Para
dokter itu bangkit karena dihadapkan pada penderitaan masyarakat baik dari segi
ekonomi, fisik, maupun kemanusiaan. Organisasi Budi Utomo.
Untuk
membangkitkan jiwa kebangsaan dan rasa harga diri yang kuat terhadap seluruh
lapisan masyarakat di Indonesia, kaum terpelajar yang dipelopori oleh dr.
Wahidin Sudirohusodo dan (pemuda) Sutomo mulai menggerakkan para pemuda dan
pelajar Indonesia untuk membentuk organisasi yang akan bergerak dalam bidang
sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Pada
tahun 1906, kaum terpelajar tersebut mulai terjun ke daerah-daerah untuk
mencari dukungan moral dan material dari kaum bangsawan, para pegawai, dan
dermawan agar bersedia secara aktif membantu usaha dalam memperbaiki nasib
bangsanya. Dalam ceramahnya di depan para pelajar STOVIA, dr. Wahidin
Sudirohusudo melontarkan keinginannya untuk mendirikan badan pendidikan yang
disebut studiefonds. Ajakan tersebut mendapat sambutan hangat dari seluruh pelajar.
Salah
seorang pelajar STOVIA yang bernama Sutomo segera menghubungi kawan-kawannya
untuk mendiskusikan mengenai nasib bangsanya. Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei
1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang kelas Sekolah Kedokteran STOVIA di
Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo
(Budi Luhur).
Para
pelajar yang aktif dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji,
Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada
akhir pidatonya, Sutomo mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung
kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya
yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu
disambut dengan tepuk tangan yang amat meriah.
Budi
Utomo setelah terbentuk, para pengurus dan anggotanya segera mempropagandakan
mengenai maksud dan tujuan pembentukan organisasi tersebut kepada semua
masyarakat, terutama kelompok pelajar, pegawai, kaum priayi, dan pedagang
kecil. Propaganda itu ternyata mendapat sambutan hangat. Berita tentang
pembentukan Budi Utomo akhirnya tersiar juga lewat surat kabar sehingga
diketahui oleh pelajar-pelajar di berbagai kota. Akhirnya, para pelajar di
kota-kota, seperti Yogyakarta, Magelang, dan Probolinggo ikut mendirikan
cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo sebagai pendiri dan ketua umum Budi Utomo
makin populer sekaligus mengundang risiko besar.
Beberapa
staf pengajar dan pemerintah Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai
pemberontak. Sutomo diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi,
kawan-kawannya mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka
akan ikut keluar juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan
oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya tidak
jadi dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat
tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap tegar.
Budi
Utomo berkembang makin besar sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan
itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin
berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua
pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan pada tanggal 5
Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan beberapa keputusan
penting, seperti:
merumuskan
tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa,
terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan,
teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia;
kedudukan
pusat perkumpulan berada di Yogyakarta;
menyusun
kepengurusan dengan Ketua R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah);
kegiatan
Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan
wilayah
gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura
BU
tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Penyerahan
pimpinan pusat organisasi oleh Sutomo kepada kaum tua tersebut mempunyai tujuan
strategis berikut:
menghargai
kaum tua yang lebih berpengalaman;
mengajak
kaum tua untuk ikut memikirkan dan memajukan pendidikan rakyat lewat Budi
Utomo;
Sutomo
dan kawan-kawannya masih harus menyelesaikan pendidikannya lebih dahulu di
STOVIA, Jakarta.
Pada
tahun awal berkembangnya Budi Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan
rakyat yang ingin maju dan tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka terhadap
bangsanya. Tokoh-tokoh yang pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara lain R.T.
Tirtokusumo (1908–1991), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku Alam
(1911–1914), R.Ng. Wedyodipura atau Radjiman Wedyoningrat (1914–1915), dan R.M.
Ario Surjo Suparto atau Mangkunegoro VII (1915). Oleh karena pemimpin Budi
Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan
untuk kemajuan pengajaran.
Dengan
demikian, lahirlah badan bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama
Darma Wara. Hal inilah yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak
tahun 1908 hingga tahun 1915, Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan
budaya terutama pada bagian pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi
Utomo ikut terjun ke dunia politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya
pengaruh dari organisasi pergerakan lain yang bercorak politik, seperti
Indische Partij dan Sarekat Islam.
Tujuan
Budi Utomo berpolitik adalah untuk mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan
dipegang oleh golongan pelajar pribumi. Kegiatan Budi Utomo dalam bidang
politik, antara lain sebagai berikut.
Budi
Utomo ikut duduk dalam komite Indie Weerbaar yang dikirim ke Negeri Belanda
untuk membahas pertahanan Hindia Belanda pada tahun 1916–1917.
Budi
Utomo juga mengusulkan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagi penduduk
pribumi, ketika wakilnya dalam Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia
Belanda) berangkat ke Negeri Belanda.
Budi
Utomo berpartisipasi dalam pembentukan Komite Nasional untuk menghadapi
pemilihan anggota Volksraad.
Budi
Utomo berpartisipasi aktif sebagai anggota Volksraad, bahkan menempati dua
dalam hal jumlah anggota di antara anggota pribumi.
Budi
Utomo mencanangkan program politiknya berupa keinginan mewujudkan pemerintahan
parlementer yang berasas kebangsaan.
Pada
tahun 1927, Budi Utomo memprakarsai dan bergabung dalam Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
Dokter
Sutomo banyak mendirikan studieclub yang dalam praktiknya juga dapat membahas
soal-soal politik. Pada tahun 1935 Indonesisch Studie Club di Surabaya
bergabung dengan Sarekat Madura menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI),
kemudian PBI digabung dengan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya
(Parindra).
Budi
Utomo dalam bidang politik meskipun kalah progresif jika dibandingkan dengan
Sarekat Islam, Indische Partij, dan PNI, tetaplah sebagai pembuka jalan dan
pelopor Pergerakan Nasional Indonesia. Karena peranan dan jasanya yang besar
itulah, tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei, ditetapkan sebagai Hari
Kebangkitan Nasional dan diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia.[ps]
Posting Komentar